Bandung

Bandung
Floating Market Lembang

Saturday 10 May 2014

Lingkar Hati di Pantai Ini



Lingkar Hati di Pantai Ini
-Bagian 1-

            Pernah terlintas keinginan untuk menjadi orang lain, kadang rasa syukur sama sekali tak bisa ku ucapkan, kekuatan dan rasa percaya diri hilang, entah larinya kemana. Bernafas hanya menghisap dan menghembuskan angin, tak ada makna di dalamnya. Aku hidup sama siapa dan untuk siapa aku benar-benar tak peduli, seringkali ku meminta tukar nyawaku dengan mereka yg lebih bahagia tapi sia-sia, sebenci itukah tuhan sama aku, sehingga tetap saja dia tak mau menjemputku pulang.
Sekolah buatku hanya tempat mendengarkan guru berbicara, tak ada aktivitas lain selain itu kecuali mampir ke makam ka Bintang usai pulang sekolah.. hampir satu tahun semenjak aku kehilangan sosok seorang kaka, aku tak bisa membuka akses untuk berbagi dengan siapapun, tak ada teman, keluarga.. aku hanya ingin sendiri, dan aku hanya ingin mati.
“ka, seminggu lagi ulang tahunku.. kaka masih ingat kan? Kaka punya janji sama aku, dan aku akan tagih janji kaka besok pagi!” sambil berderai air mata di samping pemakanan ka Bintang.
Selalu aku mengingatkan janji ka bintang tiap aku datang ke makam, aku percaya ka bintang ga akan pernah ingkar janji, aku percaya dia mendengar meski raganya tak bisa aku lihat bahkan aku sentuh lagi.
“Non, udah sore, udah mau ujan non.. mari kita pulang!!” terdengar jelas suara mas fardi memanggilku.
Mas fardi adalah supir pribadi keluargaku.
 “Iya mas,” jawabku.
“Ka bintang, aku pamit yah.. besok aku dateng lagi,”
Dengan segera aku bergegas pergi meninggalkan makam ka bintang.. perasaan lega dan bahagia slalu aku rasakan tiap aku pulang dari makam, hanya saat itu.
            Tiap makan malam aku di temenin mamah juga papa, tapi tetep slalu ada yang kurang, meski papa berusaha untuk ga lembur hanya karena aku minta, tapi ternyata bukan papa atau mama yg aku mau, hanya ka bintang.
Jam sudah menunjukkan waktu pukul 9 malem, tanpa menghabiskan makanan aku langsung lari ke kamar.
 “sayang, habisin dulu makanannya dong!” ujar mama.
Tanpa aku hirauan aku tetap pergi ke kamar dan segera melihat ke langit dengan teropong, aku hanya ingin pastikan kalau ka bintang ga sendirian, ka bintang tetap tersenyum di sana di temenin bintang-bintang lainnya.

-Bagian2-

            Kebiasaanku tiap pagi adalah melingkari calendar dan ternyata masih 6hari lagi hari ulang tahunku.
“sayang, mas fardi udah nunggu tuh, ntar kesiangan lagi..” mama yg dari tadi merhatiin aku di depan pintu kamar.
 “iya mah.. bentar lagi” jawabku.
 “sayang, nanti pulang jangan kelamaan di makam yah.. nanti kita mau berangat liburan ke desanya papa” bujuk mama.
 “iya mah, ”..
Dan aku segera lari menuju mobil untuk berangat ke sekolah, entah apa yang mama siapkan, entah mau berangkat kemana, tujuan apa dan sama siapa, rasanya ga penting aku tanyakan, padahal aku tau mama pengen aku seperti dulu yang banyak nanya, ceria dan sangat antusias tiap kali di ajak liburan.
            “ka , aku ud mulai libur sekolah mama mengajak liburan, katanya ke desa papa.. tapi aku ga yakin ka.. oya ka, tinggal 6 hari lagi loh.. kaka harus tepatin janji kaka, aku ga mau tau aku bakalan marah kalo kaka boong..”  di samping makam ka bintang usai pulang sekolah.
Tiba-tiba hp berdering tlp dari mama,.
“ sayang, masih dmn? Cepet pulang syg, nanti kita berangkat kesorean.. mau packing sendiri apa mama bantuin packing sekarang?” ujar mama via telpon.
“iya mah aku pulang” tanpa sempat menjawab semua pertanyaan mama aku langsung menutup telpon.
Yang aku rasakan bukan perhatian dari mama, tapi aku merasa keganggu karena mama menyuruhku untuk ga berlama-lama bersama ka bintang.
“ka aku pulang dulu yah.. nanti aku pasti punya cerita setelah pulang dari liburan, dan janji kaka di ulang tahunku yahh  awas lupa!!” .
            Tiba di rumah aku hanya di kasih waktu untuk ganti baju, semuanya sudah di siapin mama, tanpa berkomentar apa-apa ternyata aku hanya pergi berdua saja sama mama, di perjalanan dalam hati penuh tanya kenapa hanya berdua, mau pergi kemana sebenarnya dan berapa lama? Tapi tak sedikitpun mampu aku ungkapkan, aku hanya terdiam kosong dengan handphone yg berdering yg juga tak mampu aku angkat. dan ternyata itu papa, papa mencoba menelponku setelah dia menelpon mama, aku ga tau apa yg mereka bicarakan dan mereka rencanakan.. tapi tau kalo papa sudah tau kabarku dari mama, jadi aku ga perlu angkat telpon dari papa. Melihat mama berderai air mata juga tak mampu aku tanyakan, aku hanya menyadari memang dulu keadaannya jauh ga seperti ini, tapi itu dulu saat ka bintang masih ada.
Bersiap berangkat liburan aku paling sibuk packing dan paling lama dandan, ka bintang bolak balik kamarku sampai 3 kali untuk memastikan aku sudah siap apa belum, sampai akhirnya dia menyeretku ke mobil karena memang mereka sudah menungguku lama.. posisi tempat duduk ka bintang duduk paling depan di samping mas fardi, dan aku di belakang sama mama.. kebiasaan berebut makanan dan saling lempar kacang sering kali di marahin mama, kami semua tertawa bersama, sampai di tengah perjalanan mama menyuruh kami diam karena ada panggilan telpon dari papa, dan itupun aku rebut karena aku pengen certain betapa bahagiannya kami..
“halo pa, “ sambil setengah ketawa.
“ kalian baik-baik saja sayang?” Tanya papa penasaran.
“aku baik pa, Cuma mama mabok pa makanya ga bisa nerima telpon, ka bintang rese pa, dia ngabisin makanan aku pa, ka bintang juga puter music kenceng banget pa, jadi mas fardi ga konsen nyetir tuh,  tadi ka bintang berusaha ngasih uang sogokan biar aku ga bilang sama papa, tapi dia udah keterlaluan kan pa..aku coba ngomong ke ka bintang tapi mama malah belain ka bintang pa, coba ada papa pasti papa belain aku kan pa” sambil ketawa.
Dan tanpa mendengar jawaban papa aku menyampaikan berbagai cerita yang menjatuhkan mama juga ka bintang. Mama dan ka bintang hanya tersenyum melihat ulah aku, dan Papa juga tau itulah keisengan aku tiap kali aku berangkat liburan. Tiap kali berangkat liburan? Nggak buat kali ini setelah ka bintang ga ada.. semuanya terasa sepi, di perjalanan hanya suara musik yg terdengar, ga ada percakapan ceria antara aku dan mamah.
            Telah sampai kami di tempat yg di tuju, di sebuah desa di sekitar pantai pangandaran. Dulu kami pernah berniat untuk pergi ke pantai, dan aku paling antusias tiap kali mama dan papa membicaraan tentang pantai, meski pada akhirnya selalu cancel karena isu tsunami yg kami dapat tiap kali kami mau berangkat. Tapi sekarang sesampainya di pantai tak sedikitpun aku merasakan kegembiraan, dan selalu alesanku karena ga ada ka bintang. Semuanya memang berubah saat ka bintang pergi. Mama dan mas fardi sibuk membereskan barang-barang, ternyata ini bukan di desanya papa bahkan kamipun menginap di salah satu hotel di pinggir pantai, tanpa basa basi aku pergi k arah pantai yg saat itu sudah sepi karena waktu sudah malem, “sayang, jangan lama-lama yah, segera balik k hotel ya sayang” mama mengkhawatirkan aku, aku merenung sambil menangis mendekati air laut di pantai. Yang aku pikirkan hanya jika ada ka bintang . sosok ka bintang sangat aku butuhkan, dia memberikan semangat dan keceriaannya meski di ujung rasa sakitnya. Datik-detik terakhir kepergiannya dia tetap menaruh senyum dan canda.
Saat itu ku baca surat cinta di balik amplop bunga berwarna merah muda, entah buat siapa dan sebenernya siapa yang ka bintang cinta.

Dear Gadis teduhku
            Tak sempat terpikir aku mampu bernafas sampai detik ini, melabuhkan segala perasaan dan harapan, tepat di ujung hatimu. kamu memberi makna dan cahaya, membuka hati. Aku bukanlah siapa-siapa hingga sampai kau menjadikan aku bagian terpenting di hidupmu, kau adalah kekuatan sampai ku mampu bertahan sejauh ini, semoga suatu saat kamu mengerti meski aku mungkin telah pergi.
                                                                                                “B*
“Ku pastikan bukan sama ka risti, cewe ganjen yg selalu mencari perhatian ka bintang, dan aku ga bakalan setuju jika ka bintang memang mencintai dia..”dalam hati.
Aku yang awalnya mau mengajak ka bintang makan malam malah membaca surat itu.
“heh, ngapain?” Tanya ka bintang.
“eh kaka” kaget dang a sengaja menjatuhkan surat.
 “lha, ga sopan yah baca-baca surat orang” sambil memunguti surat yg aku jatuhkan.
 “maaf ka, abisnya kalo rahasia kenapa ga di simpen yg rapi, kaka suka sama siapa sih? Aku ga bakal bilang-bilang mama koq ka, janji.” Penasaran,
“nggak adeku yg centil, tetep rahasia” menegaskan.
“ka kenapa sih kaka bisa jatuh cinta? Cewe yg seperti apa sih ka? Nanti aku bakalan ada ga ka, yg ngasih surat begituan seperti kaka ngasi surat ke cewe kaka itu?”  Lagi-lagi dengan bawelnya aku bertanya.
Tapi ka bintang hanya tersenyum tanpa menjawab  dan pergi ke meja makan.
Selesai makan aku yang penasaran kembali ke kamarnya ka bintang.
Tok..tok.. “ka, bukain dong” aku yg berusaha ingin masuk kamarnya ka bintang.
“kenapa de?” sambil tersenyum.
 “ka , kaka belum jawab pertanyaan aku loh ka..” 
“gini ade sayang, duduk sini.. cinta itu ga pernah tau datengnya kapan, ga pernah tau datengnya dengan cara apa, dan ga pernah tau sama siapa.. cinta ga perlu di paksa untuk di mengerti, nanti kamu yg akan mengerti sendiri..” menjelaskan.
“ ka, kaka bisa ga cinta sama aku?”
“masa kaka cinta sama adenya sih?kalo sayang iyaa,..” tersenyum heran.
“ dalam surat itu kenapa kaka pergi?” lagi-lagi penasaran.
“gini ade, tuhan ngasih kapasitas nafas itu ke tiap orang beda-beda, pikirin yahh.. nanti kamu ngerti koq,”
“iya ka, oya aku boleh ga belajar jatuh cinta?”
“boleh, tapi nggak sekarang.. cinta kamu kaka blokir sampai kamu usia 17 tahun, dan kamu bisa tagih nanti ke kaka sebagai kado ulangtahun kamu..” sambil bercanda
“terus aku hidup tanpa cinta dong ka?”
“selama kamu belum berusia 17, kaka yg akan ngasih cinta kaka buat kamu de, karena cinta kamu masih belum di aktivasi” lagi-lagi di jawab dengan candaan.
Malam itu rasanya malamnya aku dan ka bintang, kami berdua ngobrol banyak banget hingga tengah malem sampai ga kerasa aku ketiduran di kamar ka bintang.
            Pagi-pagi aku terbangun, lihat jam dan segera keluar nyari ka bintang, ternyata orang rumahpun pada ga ada, coba menghubungi ka bintang dan handphonenya ketinggalan di rumah, menghubungi mama ataupun papa ga ada yang angkat, kebingungan ada apa ini? Ga biasanya seperti ini, dan harus pergi kemana nyusul mereka?... belum hilang rasa penasaranku tiba2 terlihat mobil jenazah terparkir depan rumah, aku penasaran tapi aku ga mau ambil resiko rasa sakit yg bakal aku rasakan jenazah siapa itu, aku menghindar k kamarnya ka bintang, aku terdiam dan pura-pura ga tau, aku hanya menenangan diri yg penuh kecemasan pagi itu.
Tiba-tiba mama membukakan pintu, dia memelukku dan menangis lepas, ada apa ini? Aku tak sampaikan sejuta pertanyaanku, papa pun datang dan memelukku.. sejak itu aku ingat, kenapa mama dan papa, mana ka bintang? Aku segera berlari ke ruang tengah.. terlihat jenazah yg sudah terbungkus kain kapan rapi, dengan muka yg masih tertutupi kain, ku buka dengan penuh gemetar, ka bintang… ternyata ka bintang, aku teriak dan menangis lepas, tak kuasa aku menahan rasa kehilangan, papa dan mama menenangkanku, tapi aku balik membenci mereka yg begitu teganya tak memberitahuku kepergian mereka ke rumah sakit. Mengantarnya ke pemakaman, seperti mengantar cinta yg masih belum boleh aku pergunakan. Dari situ aku ga pernah merasakan apapun, semuanya terasa datar… ga ada bahagia dan sedih, hanya jika mengingat kan bintang aku bisa rasakan itu.
            Ombak semakin besar dan malam semakin larut aku segera pergi ke hotel, telapak kaki di pantai tersapu air laut, tapi jejak-jejakku sama ka bintang takkan bisa terhapus. Sempat ku lihat wajah mama depan hotel yg panic menungguku tapi tak ku pedulikan, aku hanya ingin menghindar tak mau memperlihatkan tangisanku yg tetap mengingat kejadian satu tahun lalu itu.
            Pagi itu, terbangun tanpa melihat aktivitas apapun di kamar hotel, mama yg ku ingat semalem munungguku depan hotel aku tak tahu apa sudah kembali ke kamar apa belum, ku cari di kamar mandi dan ternyata ga ada hanya kertas yg menempel di dinding lemari es.
Sayang…, kamu mungkin nyari mama, mama pergi nemuin temen mama yg juga liburan disini, besok mama balik ke hotel,  mama ga tega bangunin kamu, yg keliatan sudah kecapean banget.. kamu baik-baik yah !! ,”
ku baca notes itu, dengan rasa penasaran ku menggerutu sendiri, ngapain aku disini.. apakah ini yg dinamakan liburan, diam di kamar hotel sendiri, nyiapin makanan sendiri.. aku bener-bener ga tau apa yag di rencanakan mama dan papa sampai detik ini.
            Jam 5 sore, ga ada aktivitas yang bisa aku lakukan seharian itu, hanya makan, nonton tv dan tentu tetap di dalam kamar hotel.. kejenuhanpun datang tapi aku tetap ga tau apa yang harus aku lakukan. Tiba-tiba suara ambulan terdengar jelas, aku tengok di jendela terlihat sebagian orang panic dan sebagian orangnya lagi tetap beraktivitas seperti biasanya.. dan aku pikir aku ga perlu tau dan peduli mungkin hanya kecelakaan biasa dan itu orang lain bukan siapa-siapa. Ku tenangkan diri dengan kembali nonton tv, meski sebenernya hati bergetar ingat mobil jenazah yg mengirim ka bintang ke rumah.
Tok.tok.. suara pintu kamar hotel dapet ketukan.. segera aku buka pintu dan mungkin itu mama, tapi ternyata itu mas fardi dan seorang pemuda hampir persis seusia dengan ka bintang, mereka terlihat agak sedikit tergesa-gesa, tanpa aku menyuruh mereka masuk aku tanyakan apa maksud dari mereka.
“kenapa mas?”..
“maaf mba, saya fitra” tiba-tiba memperkenalkan diri.
“saya ga peduli nama anda siapa, maksud anda apa?” dengan ketus ku jawab..
“gini non, dia adalah keluarga dari cewe yg di jemput ambulan itu,  dia dan keluarganya mau nyusul k rumah sakit, mobil yg mreka pake lagi ke batuhiu di bawa sebagian anggotanya jalan-jalan, dya mau bayar brapapun untuk meminjam mobil dan mengantarnya ke rumah sakit non.” Mas fardi menjelaskan.
 “silahkan mas” jawabku
Tanpa memberikan sedikitpun perhatian, kemudian melanjutkan nonton tv. Mas fardi dengan pemuda yg bernama fitra itu sempat kebingungan dengan jawabanku hingga akhirnya merekapun pergi. dalam lamunanku dengan mata yg menatap tv kosong aku kembali teringat sosok ka bintang.
Saat itu di perjalanan menuju mengantarku ke sekolah tiba-tiba laju motor terhenti melihat anak kecil terluka jatuh dari sepeda, ka bintang memarkirkan motor dan langsung merangkul anak kecil itu, aku yg terdiam tak bisa berbuat apa-apa juga tak bisa marah ke ka bintang padahal aku hampir kesiangan,  ka bintang memberhentikan taxi, menyuruhku naik dan memberikanku uang 50rbu untuk ongkos, dia penuh kepanikan sendiri sedangkan aku hanya mengikuti apa kata ka bintang, aku tau dalam tangisan anak kecil itu dia begitu kesakitan tapi aku tetap naik k dalam mobil dan pergi menginggalkan dan bintang dengan anak itu. Selanjutnya aku ga tau dan sesampainnya di rumahpun aku ga tanyakan kejadian itu ke ka bintang. Baru au sadari begitu mulianya sifat ka bintang, jauh dari yang aku lakukan saat itu dan juga baru saja.
Aku segera berlari menuju parkiran hanya untuk minta maaf dan ingin menunjukan kepedulianku. Dan beruntung mobilku masih terparkir, segera ku dekati mobilku yg ternyata kosong, kemana mereka kenapa mobilku masih disini, dalam hati ku lagi-lagi kebingungan.
“non, ada apa? Mau jalan kemana non?” tiba-tiba mas fardi muncul di belakangku.
“mas, kenapa belum berangkat, kemana fitra?”tanyaku.
 “mereka sudah berangkat ke rumah sakit non, naik mobil patroli polisi karena fitra ga enak dengan sikap non tadi”
Pernyataan mas fardi begitu menyakitan hatiku, dia membuatku merasa bersalah banget.
“mas, bisa antarku ke rumah sakit nyusul mereka?”
“bisa non, tapi buat apa?mereka kan…”
Tanpa mendengarkan lanjutan perkataan mas fardi aku segera naik ke mobil.
“mas ayo berangkat” ajakku tergesa-gesa.
Mobilku pun meluncur menuju rumahsakit di daerah pangandaran. Sesampainya aku langsung turun dan mencari sosok fitra bukan sosok siapa yg tenggelam sore itu, ku tanyakan pada satpam dan katanya baru saja masuk lorong kiri menuju IGD, ku baca tulisan IGD tapi tak mampu aku masuk karena aku ga berkepentingan di situ aku hanya duduk di kursi tunggu. Aku tau ada seorang yg juga duduk di sampingku tanpa ku tengok aku merundukkan kepala, menunjukkan penyesalanku. Tepukan tangan di pundak orang di sebelahku mengagetkanku dan hampir aku meluapkannya dengan kemarahan.
“mba yang tadi di hotel?” Tanyanya penasaran.
Ternyata sosok fitra yg duduk di sampingku
“fitra? Aku minta maaf yah.. yg tenggelam siapa? Trus gmn keadaannya?” tanyaku penasaran.
“iya mba aku fitra,”
“aku nanya ga sesimple itu, siapa yg tenggelam trs keadaannya?” lagi-lagi dengan penasaran
“tunangan saya mba, keadaannya belum tau karena saya baru saja sampai, saya harus keliling dulu mencari orang yg percaya meminjamkan mobilnya” jawabnya dengan setengah dari suaranya.
Begitu kagetnya aku ketika mendengar ternyata sosok cewe yg tenggelam itu tunangannya dan begitu menyesalnya ketika sikapku ternyata.. “arghhhhhh” ingin sekali ku marah pada diri sendiri.
“fitra, maafkan aku yah aku nyesel sikap aku tadi aku mau nemenin kamu nnggu tunangan kamu disini sebagai maaf aku”
“ga usah mba, saya ga papa disini banyak keluarga koq” jawabnya.
Tapi aku tetap mau disini, di sampingnya aku mau ikut merasakan gimana kecemasan menunggu orang yg di sayangi di balik pintu yg lagi di periksa dokter, aku tak sempat merasakan itu saat ka bintang sakit.
“mba, balik k hotel yah nanti keluarga mba nyari” bujuknya.
“aku ga mau fit, sampai aku tau keadaan tunangan kamu aku akan tetap disini.” Jawabku tegas.
            Pintu IGD terbuka, salah satu dokter keluar dan menghampiri kami. Keluarga yg  terpisah tempat dudukpun berlari mendekati kami, kami semua berkumpul terdiam tanpa bicara dan menunggu apa yg akan di katakana dokter.
“Maaf, kami sudah berusaha dan pasien ga mampu lagi bertahan” kata dokter.
Seluruh keluarga menangis histeris, kepanikan dan kekecewaan terpancar di wajah semuanya.. termasuk aku yg juga ikut merasakan, aku berlari tanpa pamit, aku menuju mobil dan tanpa bicara mas fardi membawaku kembali, turun di parkiran hotel aku langsung menuju pantai yg juga gelap, aku menangis disitu kehilangan kedua yg aku rasakan, padahal aku tak mengenal bahkan tau wajahnyapun tidak, tapi aku sakit … dua hari di pangandaran, tapi yg aku tau hanya pantai malam.. pantai yg gelap, yg dingin.
            Aku melihat sosok ka bintang mendekatiku, membawakan kembang gula di sebelah kanan dan jaket di sebelah kiri, seolah dia tau betapa kedinginannya aku saat ini. Aku dengan tangisanku segera memeluk ka bintang.
“ka, kaka kemana aja? Aku kangen kaka” begitu bahagiannya aku di pelukan ka bintang.
“iya ade syg, kaka slalu ada di samping kamu koq”
“ka, kaka kenapa bisa ada disini? Bukannya kaka telah pergi jauh?” pertanyaanku ketika ingatanku tentang kematian ka bintang tiba-tiba datang.
“kaka, Cuma mampir aja de, kaka ga bakalan lama”
“kaka kangen sama aku juga?”
Pertanyaanku hanya terjawab dengan sebuah kecupan di kening, dari situ aku tahu bahwa memang benar ka bintang juga kangen.
“de, lihat kaka” mencoba melepaskan pelukanku
Aku pahami ada hal yang benar-benar penting yang ingin ka bintang sampaikan, aku melepaskan pelukan dan berusaha mempersiapkan diri untuk serius mendengarkan, ka bintang yang tiba-tiba duduk di pasir seakan menunjukan kode yang juga memintaku untuk duduk. Hembusan angin yg menggiring sebagian pasir yang berterbangan membuat lamunanku makin jauh, jauh saat terakhir aku ngobrol serius di kamar ka bintang setahun yang lalu.
“de, kaka tau, kepergian kaka yg mendesak membuat kaka tak sempat pamit, tak sempat meminta maaf, juga tak sempat menjelaskan sesuatu yg sebenarnya ingin kaka jelaskan, melihat sikap kamu yang seperti itu kaka ga ngerti kenapa kamu bergitu dan sebenarnya salah siapa?apakah salah kaka?, kaka pergi karena panggilan bukan inginnya kaka ninggalin kamu, mama, papa juga temen-temen.. ini yang dinamakan takdir, ini yg kaka maksud di akhir surat itu yang kamu baca. Sampaikan salam kangen dank ata maaf kaka buat semuanya dan Kaka minta, sayangi apa yg kamu punya sekarang jangan sampai mama, papa juga orang-orang merasa kehilangan kamu juga setelah kehilangan kaka, kamu sudah bersiap 17 tahun dan cinta ga perlu kamu minta dari kaka, kamu punya sendiri disini.” Sambil menggenggam tanganku dan menempelkannya di dadaku.
Aku mengerti jelas apa yang ka bintang maksud, aku hanya bisa tersenyum dan mengangguk di setiap perkataan ka bintang, hampir tak ada sedikitpun kata yang salah yang bisa aku sanggah. Ka bintang sesekali menghapus air mataku dan pancaran matanya bagaikan mengajakku untuk tersenyum. Bangkit dan menjatuhkan pasir yang menempel di celana dengan telapak tangannya, entah kenapa membuatku mengerti bahwa dia akan segera pergi, aku segera memeluknya berusaha menahan kepergiannya, tapi tak mampu sama halnya ketika aku terbangun, aku tak mampu percaya kalo itu semua mimpi, pelukan hangat nasehat-nasehat yang begitu membangun. Ternyata itu hal nyata berbentuk mimpi.
           
-Bagian 3-

Hari ke tiga aku di pantai pangandaran, dan 4 hari lagi menjelang ulang tahunku, tangisanku selamam sudah kering rasanya dan ku sambut hari dengan perasaan yang lebih baik. Keluar hotel ku dapat suasana yang sangat berbeda di banding malam, pedagang yg bersiap menjajakan dagangannya, penyewa sepeda, penyewa seluncur, ternyata seramai ini. Aku berjalan di bibir pantai udara yg sejuk, gemuruh ombak dan sekitaran pantai yg bersih, Pasangan yg berfoto bareng, anak-anak yg bermain pasir, orang-orang yg berenang dengan ceria menjadi sesuatu pemandangan yg indah yg bisa ku nikmati.
Orang-orang yg berenang berlari saat perahu menepi, sempat terpikir apakah perahu itu perahu nelayan? Ku dekati karena ku ingin tau hasil tangkapan apa yg mereka dapat. Tapi seolah bergilir, sebagian orang turun dari perahu dan sebagian orang naik. tiba-tiba ada seseorang menarikku, tak sempat aku tau siapa dan kenapa dya menarikku hingga akhirnya karena saking kagetnya akupun ikut serta dalam perahu itu. Aku mencoba melepaskan genggaman, seorang laki-laki dewasa yg memakai kacamata hitam dengan celana pendek, aku mengenalnya dya Ka Al temen kuliahnya ka bintang, entah sengaja atau engga aku ga tau dia di sampingku sekarang.
“ka Al?” kaget
“iya de centil” setengah tertawa.
“koq kaka bisa disini?” tanyaku
“kaka liburan disini lebih awal dari kamu, kemaren kaka ketemu mama, dan ngobrol banyak, bukannya kamu lagi puasa ngomong yah?” ngeledek
“enggak ka, aku lagi males aja kemaren” mencoba menjelaskan
“iya udah, jangan di bahas. Kita mau liburan disini jadi kita harus seneng-seneng kan? Kaka sengaja narik tangan kamu, kaka perhatiin kamu dari tadi yg terus aja berjalan kaya yg ga tau arah, knapa ga bisa renang yahh atau ga berani?” lagi-lagi ngeledek dan aku hanya tersenyum.
Aku bahagia disini sosok ka bintang melekat di raganya ka Al, sama-sama cowo yg penuh canda tawa, dan dia dateng tepat disaat aku merasa lebih baik dan mulai bisa tersenyum,.
Perahu yang aku pikir buat nangkap ikan ternyata membawa kami ke tepian pantai dengan pasir yg putih, aku ga tau ada tempat seperti ini disini, indah banget dengan karang yg terlihat jelas dan air yg jernih, lebih dari 4ekor monyet kami temui disini, dan bersahabat banget dengan manusia, keindahan yg ga bisa aku lukiskan. Nama tempatnya pasir putih pangandaran, aku dan ka Al berfoto bareng berenang, dan bersmokling melihat ikan-ikan yg berwarna warni, kepenatan selama ini hilang dan aku bisa mendapatkan kebahagiaan kedua selain di makam ka bintang yaitu di sisi ka Al.
“aduh ka,” aku menangis.
kakiku terluka terkena tajamnya batu karang, dengan kepanikan ka nando menghampiri dan merangkulku membawa ke pinggir pantai.
“mana lihat?”
“ini ka, Cuma sedikit koq, cuman koq pedih banget ka” sambil meringis
“iya de, gak apa-apa koq nanti juga kering asal jangan kena air laut aja, soalnya ngandung garem kan, pasti pedih” jawab ka nando.
Perhaatiannya bener-bener membuatku kagum, melihatnya membersihkan luka kakiku, memakaikan sandal dan menopang tubuhku untuk berdiri, menghilangkan sejuta tangis yg mengingatkanku akan kepergian ka bintang.
            Perahu yang tadi mengantar kami menuju tepian pasir putih ini, kini menjemut kami kembali, dan kamipun bergegas naik tidak hanya aku dan ka Al, juga orang-orang yg sama berlibur di pantai ini.
“ka, aku mau Tanya kaka tau ga gebetan ka bintang?” tanyaku
“emang si bintang punya gebetan gitu de, dia lirik cewe aja ga pernah malahan kaka kira dia ga doyan cewe.” Jawab ka Al dngan bercanda,
“seriusan ka, aku malah sampe penasaran banget same saat ini, aku waktu tu nemu surat pink di kamarnya”
“kaka juga seriusan ga tau de, beneran sumpah loh” mencoba meyakinkan..
“kaka kan temen deketnya ka bintang, masa ga tau banget gitu dikit aja cewe yg ka bintang suka itu siapa, aku Cuma mau ngasihin surat yg tak sempat tersampaikan itu ka” lagi-lagi aku memaksa minta informasi dari ka Al.
“kamu tuh ya, di bilangin ga mau percaya, ngapain coba kaka bohong ga ada gunanya, bintang juga udah ga ada kan? Asli kaka nggak tau kalo masalah itu,” menegaskan.
“iya kaka…” dengan sedikit kesel
“heh jangan kesel gitu, kalo kaka tau pasti kaka kasih tau, jangan bikin kaka nyesel karena ga tau de, kaka juga pengen banget jawab kalo kaka tau, sekarang gimana dong? Tapi kaka ga mau kamu kesel de”
Memang bisa banget ya cowo yang satu ini rayuannya, aku tersenyum mendenggar perkataan ka Al itu hingga aku tak bisa melanjutkan kekesalanku, ka Al memang cowo dewasa yang mengerti dan memahami apa yang aku mau dan apa yang aku pikirkan. Perahu mendarat di tepian pantai dengan sesegera ka Al turun dan mengulurkan tangannya terhadapku, “romantic, kaya di film-film” dalam hati ku menggerutu, saat ku mencoba menjabat uluran tangan ka Al dia lari dan menertawakanku, ternyata dia tidak lebih hanya bercanda. Aku segera turun dan melemparinya dengan segenggam pasir, memang warna yang ka Al kasih, aku sangat bahagia hari itu.
            Mama ternyata sudah menungguku di hotel, sangat keliatan keheranan mama melihatku yg kini penuh keceriaan, baju yg kotor menunjukan kalau aku memang sudah bermain-main di pantai. Aku sudah tak lagi membiarkan mama yg mengajakku bicara, sudah tak lagi membiarkan mama yg berusaha membahagiakan aku dan membuatku tersenyum.
“ma, mama sudah balik” sambil mencium pipi mama
Mama keheranan hingga tak ada sedikitpun kata yang dia ucapkan.
“opssss ma, maaf aku kotor, aku mandi dulu.” Dengen penuh canda dan bergegas pergi ke kamar mandi dan untuk membersihkan badan.
            Aku yang lagi bersiap merapihkan rambut mendengar suara laki-laki yang sedang asik ngobrol dengan mama, aku tengok ke pojok kanan depan tv sama sekali tak bisa aku tebak karena posisi mereka membelakangiku, makin penasaran aku mulai mendekat sampai ada akhirnya,
“sayang, sini.” mama memanggilku dan menyuruhku gabung untuk ngobrol.
“oh iya ma.” Akupun medekat dan baru aku tau kalo itu ka Al.
Ka Al mengulurkan tangan seperti baru ketemu, padahal masih jelas tadi kami bermain bersama di pantai. Obrolan mereka serius, hangat menceritakan banyak hal tentang keluarga, ibu dari ka Al yg sahabat dekat mama, dan ka Al yang sahabat dekat ka bintang menjadi topic yang sangat menarik.
“ka Al, sekarang kuliah dimana?masih di bandung?” tanyaku mengikuti percakapan mereka,
“iya de, di widyatama”
“sering-sering mampir rumah tante dong al, jangan mutusin silaturahmi loh” sambung mama
“iya tante, mama juga sering ngajak tapi waktunya selalu ga tepat tan, bentrok sama jadwal kuliah terus,” jawab ka Al
“ah modus itu mam, sibuk pacaran kali ka al” meledek
“sayang, jangan ngomongin pacar-pacaran ah.. kasian tuh nanti menggalau lagi” sambung mama ikut meledek
“emang ka Al lagi galau mam?”
“sudah dong kalian, kemaren iya de tapi sekarang engga deh im okee” sanggah ka Al
“kemaren iya?Galau? Cowo seceria ini bisa juga galau?”, dalam hatiku bertanya.
Aku yang seharusnya ga peduli, malah kepikiran pernyataan tentang kegalauan ka Al, ingin sekali berbagai pertanyaan tentang itu aku lontarkan tapi kayanya kurang penting apa malah ga penting, aku ga perlu tau itu masa lalu ka Al dan urusan ka Al bukan urusanku.
“de, ayo siap-siap?” bujuk ka Al
“kemana ka?” tanyaku penasaran
“makan malem, selama disini belum pernah kan makan malem diluar?belum pernah kan nyobain seafood pangandaran?
“serius ka?” aku sangat antusian mendengar ajakan ka Al
“iya de, ayo tante juga siap-siap dong tan,”
“sama mama juga ka?” tanyaku
Aku yang hampir melayang ke udara mendengar ajakan dinner ka Al, seakan terjatuh terhempas lagi ke pantai tersapu ombak. Bodoh, itu ajakan dinner biasa bersama keluarga bukan ajakan ng’date kenapa begini.
“iya de, cepetan mama ka Al juga udah nunggu di bawah”
Aku dan mama bersiap dan kamipun pergi ke salah satu resto seafood di pinggir pantai, aku, mama, ka Al dan tante siska yang merupakan mama dari ka Al. kami makan malam, bercanda, bercerita banyak layaknya teman lama yang baru bertemu kembali.

            Aku terbangun pagi sekali, tak mau kalah dengan matahari yg saat ini mungkin masih terlelap tidur. Ku melangkahkan kaki keluar hotel berniat ingin menunggu matahariku naik di penghujung laut, langit masih gelap, setengah berlari aku mulai mendekati pantai, tapi di tengah perjalanan seseorang menyenggolku dari arah samping hingga aku terjatuh dan diapun terjatuh. Tak sempat aku mengucapkan kekesalan aku melihat ternyata ka Al, lagi-lagi ka Al.
“ka Al, ngapain disini? Pake acara nyenggol segala..”
“ade juga ngapain jam segini udah keluar,?” ka Al balik nanya
Belum sempat kami saling menjawab pertanyaan, aku dan ka Al sama-sama melihat ke ujung laut dengan matahari yang setengah naik, tanpa berkata apa-apa kami berdua berlari ke arah pantai. Di sela nafas yang tersendat-sendat kecapean, aku dan ka Al saling melempar tawa, ternyata ini jawaban dari masing-masing pertanyaan, tanpa sengaja kami bertemu berharap bisa menyaksikan matahari naik di ujung pantai, keindahan bukan hanya di depan mata tapi di samping saat ka Al menggenggam tanganku.
“ka, yang disampaikan semalem tentang kegalauan kaka apa aku boleh tau?” Tanyaku tiba-tiba
Akupun kaget karena tak sedikitpun terlintas untuk menanyakan hal itu, bibirku begitu lancangnya tak bisa ku tahan dan aku merasa kecewa pada diri sendiri tak ingin suasana berubah.
“iya de boleh, dia adalah temen kaka sejak SMA sampai kuliah,” berusaha menjelaskan
Ternyata cewe yang membuat galau ka Al bernama lulu, mereka kenal udah sejak mereka SMA, dan pacaran saat kelulusan sampai mereka kuliah semester 3 hampir 2 tahun, mereka sudah mendekati serius dengan rencana pertunangan yg sudah mereka bicarakan dengan masing-masing keluarganya. Ga ada  sedikitpun keganjalan masalah yang mereka dapat hingga di suatu saat ervan yang merupakan mantan dari ka lulu dateng lagi. Ka Al memang ga mau menceritakan semuanya hanya saja dari situ aku mengerti bahwa orang ketigalah yang menyebabkan putusnya hubungan ka Al dengan ka Lulu.
“udahlah de, ade udah tau kan? Cukup tau aja dan selebihnya lupain!”
“iya ka, maaf bukan maksud ade, ngingetin hal itu”
“nggak koq, ga perlu minta.. mereka udah bahagia de, mereka udah mau nikah, ervan lebih pantas karena dya udah bekerja dan mapan di banding kaka yang masih ngabisin duit orang tua aja bisanya”
Aku terhentak kaget, ternyata apa yang aku tanyakan bener-bener merubah suasana. Aku tak sampai hati melihat ka Al kembali mengulang rasa kecewa karena ingatan akan hal itu. Aku menggenggam pasir dan menempelkannya ke pipi ka Al, kemudian berlari. Ka Al yang saat itu sedih tertunduk kaget dan langsung mengejarku, tangannya yang menarik pundakku membuatku terjatuh, ombak mendekat menyentuh badanku hingga keadaan setengah kebasahan, aku yang kesel balik membalas menyiramnya dengan air laut, kita tertawa bersama. Pagi yang indah sudah aku lewatin, keceriaan-keceriaan di liburan kali ini juga sudah aku nikmatin, disini di pantai ini bersama ka bintang berbentuk ka Al, tangisan tlah berubah menjadi senyuman, bintang yang hanya bersembunyi di dinding malam juga menampakkan sinarnya di lingkar mentari. Dan inilah kesedihan yg ku ubah menjadi kebahagiaan.
            Sore ini, terakhir aku di pantai ini, mama dan mas fardi bersiap packing barang-barang, sedang aku masih berkeliling menikmati jam-jam terakhir menjelang kepulanganku ke bandung. Pantai dengan gemuruhnya, batu karang dengan ombaknya, dan semua tentang pantai ini menggorek cerita termasuk ka Al yang juga menjadi bagiannya.
“De..” sapa ka al tiba-tiba
“iya ka” jawabku tanpa menghentikan langkahku
“mau pulang sekarang? Kenapa ga bareng aja nanti sama kaka” bujuknya
“enggak ka, aku udah cukup lama ga ke makam ka bintang, juga aku masih punya utang tugas-tugas sekolah ka, kaka masih sampai kapan disini?”
“belum tau de, mungkin satu atau dua hari lagi.”
“oke ka, aku pulang duluan, nanti kalo nyampe bandung kabarin yah maen-maen dong ke rumah”
Menggenggam tanganku dan manatap mataku sekaligus memberhentikan langkahku. Aku terdiam tanpa kata, tak pernah aku terbayangkan posisi yang seperti ini, jantung berdegup kencang dengan tangan bergetar mengikuti alur nafas seperti habis marathon.
“de, apa yang kamu rasakan?”
“jantungku berdegup kencang, kenceng banget..” jawabku polos
“bahagia?”
“mungkin ka,” dengan setengah tertawa malu
“kaka sayang sama ade” dan tangannya makin erat menggenggam tanganku
Ingin sekali ku katakana kalo akuupun sayang sama ka Al, bagaimana menyampaikannya aku ga tau, tapi hanya sebatas ingin menjawab perkataan ka Al, bukan mengutarakan isi hati karena aku ga tau, aku merasakan rasa yang tak pernah ku rasakan bercampur menjadi satu.
“kaka boleh cinta sama ade?”
“boleh, tapi aku boleh ga kalo ga cinta sama kaka?” jawabku bercanda
“boleh, tapi cinta ade kaka blokir sampe ade cinta sama kaka” menjawab juga dengan bercanda
Aku berlari menghindar sampai ka Al mengejarku, dia memelukku memberikan kesan terakhir di pantai ini.
“de diam bentar aja disini.” Menegakkan badanku untu tetap berdiri disitu
Ka Al berlari memungut ranting pohon, tanpa bertanya ku terdiam melihat entah apa yang aan ka Al lakukan, dan kemudian dia melingkari sekelilingku dengan bentuk hati.
“kaka ga akan memasuki wilayah ade, sampai ade menghapus sebagian dari garis ini untuk bisa kaka masuki.” Dengan gaya gombalnya ka Al,
“gombaalll….” Sambil teriak dan berlari mengejar ka Al.
            Goresan lingkar hati yang tersapu air laut kembali berbaur dengan pasir yang lain, tanpa meninggalkan jejak di pantai ini, tapi mengukir indah di hati ini. Aku tak pernah terpikir bisa sedekat ini dengan ka Al, yang dulu berjarak karena aku hanya sebatas gadis kecil adik dari teman kuliah ka Al.
            Hari ini genap usiaku 17th, tertunduk di depan makam ka bintang ku ceritakan semua kejadian di pantai, juga kedatangan ka bintang dalam mimpiku. Tak lagi ku tagih apa yg ka bintang janjikan. Aku mengerti cinta tak sepantasnya aku minta, karena letaknya berdekatan dengan hati, hati yang siap untuk di masuki seperti halnya ka Al bilang. Aku merasakan kebahagiaan telah di bagi dan Aku tak butuh sepucuk surat pink untuk aku pahami kalo aku telah  di cintai. Ungkapan dan perhatian ka Al sudah cukup menguatkanku kalo kesempurnaan cinta itu nyata. Hanya saja ketidaksiapanku yang belum bisa berbagi, dan itu yang membuatku tetap bertahan di dalam lingkar hati.

---

No comments:

Post a Comment