I.
PENDAHULUAN
Pembangunan merupakan suatu usaha atau rangkaian usaha
pertumbuhan dan perubahan berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu
bangsa, negara dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa.
Sebagai upaya pembangunan bangsa, pembangunan meliputi segala segi kehidupan
bangsa: politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan serta hubungan
antar bangsa.
Tujuan pembangunan nasional adalah mencapai pertumbuhan
ekonomi yang setinggi-tingginya. Dan pertumbuhan ekonomi dipandang sebagai
fungsi saving-ratio, capital output-ratio dan strategi investasi. Peranan
pemerintah dalam hal ini adalah memperbesar saving-ratio setinggi-tingginya dan
menekan capital output-ratio untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang
setinggi-tingginya. Mekanisme pasar menjadi tumpuan dalam pertumbuhan ekonomi.
Pendapatan Nasional (National Income) merupakan salah satu
indikator penting untuk mengukur prestasi perekonomian suatu bangsa. Data
makroekonomi ini dapat digunakan untuk menilai prestasi kegiatan ekonomi pada
suatu tahun tertentu, prospeknya di masa depan, sektor-sektor apakah yang
menjadi penggerak perekonomian tersebut, dan perubahannya dari satu periode ke
periode lainnya.
Data dari Badan Pusat Statistik menunjukan bahwa Pertumbuhan
Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2007 meningkat sebesar 6,3 persen terhadap
tahun 2006, terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di
sektor pengangkutan-komunikasi 14,4 persen dan terendah di sektor
pertambangan-penggalian 2,0 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2007
mencapai 6,9 persen. Sumber utama pertumbuhan ekonomi 6,3 persen adalah ekspor
3,8 persen, diikuti konsumsi rumahtangga 2,9 persen, pembentukan modal tetap
bruto 2,0 persen, konsumsi pemerintah 0,3 persen serta impor 3,3 persen. ),
sementara Produk Nasional Bruto (PNB) per-kapita tahun 2007 mencapai Rp 16,9
juta, juga lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya Rp 14,4 juta.
II.
ISI
A.
Pengertian
GNP
Produk Nasional Bruto (Gross National Product/GNP) adalah
seluruh barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat suatu negara dalam periode
tertentu, biasanya satu tahun, termasuk didalamnya barang dan jasa yang
dihasilkan warga negara tersebut yang berada atau bekerja diluar negeri. Barang
dan jasa yang dihasilkan warga negara asing yang bekerja didalam negeri, tidak
termasuk GNP.
Produk Nasional Bruto (GNP) merupakan pendapatan nasional
yang dihitung dengan mengeluarkan faktor pendapatan dari warganegara asing yang
berdomisili di negara tersebut dan hanya menghitung nilai barang dan jasa yang
hanya dihasilkan oleh orang yang berkewarganegaraan negara tersebut saja. Dalam
perhitungan, istilah ini lebih sering digunakan karena dapat menggambarkan
dengan jelas prestasi ekonomi negara yang bersangkutan tanpa pengaruh dari
pihak asing (dalam bentuk penanaman modal asing).
Perlu dibedakan GNP dari NNP (Net National Product) atau
produk nasional neto, dimana NNP oleh banyak orang dianggap lebih tepat untuk
menggambarkan kondisi perekonomian nasional karena mengeluarkan faktor
penggantian modal (depresiasi) dalam perhitungannya. Jadi Pendapatan Nasional
Neto (NNP) adalah pendapatan nasional yang hanya memperhitungkan investasi neto
(nilai investasi bersih setelah dikurangi depresiasi dari aktiva investasi)
GNP dapat digunakan sebagai indikasi perekonomian suatu
negara. Akan tetapi, Indikator tersebut juga mempunyai kelemahan yaitu :
1. Tidak memperhitungkan kegiatan
produksi yang bersifat mikro seperti kegiatan rumah tangga.
2. Tidak dapat memperhitungkan kegiatan
ekonomi bawah tanah (underground enocomy activities) seperti penghindaran
pajak, penyelundupan dan bisnis ilegal lainnya.
3. GNP tidak memperhitungkan nilai dari
aktivitas rekreasi.
4. GNP tidak memperhitungkan perubahan
kualitas dari barang dan jasa
5. GNP tidak memperhitungkan biaya
polusi dan biaya yang timbul akibat kerusakan lingkungan.
B. Perhitungan GNP
Dalam pendapatan nasional yang dihitung adalah jumlah seluruh
barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian. Perhitungan pendapatan
nasional menyajikan ukuran-ukuran keseluruhan agregat nilai dasar dari seluruh
barang dan jasa dalam bentuk produk akhir/jadi. Ada 3 istilah dalam pengukuran
pendapatan nasional yaitu:
1.
Produk
Domestik Bruto (Gross Domestic Product).
2.
Produk
Nasional Bruto (Gross National Product).
3.
Produk
Nasional Neto (Net National Product).
Perhitungan pendapatan nasional dapat dilakukan melalui 3
pendekatan, yaitu sebagai berikut :
1)
Pendekatan
pengeluaran.
Perhitungan
pendapatan nasional dengan cara ini dilakukan dengan menjumlahkan nilai barang
jadi dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian dan membedakan pengeluaran
atas barang dan jasa yang dihasilkan dalam kegiatan perekonomian tersebut
menjadi 4 komponen, yaitu:
GDP = C +
Ig + G + (X-M)
GNP = GDP
- pendapatan faktor neto dari luar negeri
NNP = GNP
– D
NI = NNP -
pajak tidak langsung
Keterangan:
GNP = Pendapatan Nasional Bruto
(Gross National Product)
GDP = Pendapatan Domestik Bruto (Gross Domestics Product)
C = Konsumsi rumah tangga (Consumption)
Ig = Investasi bruto (Gross Investment)
G = Pengeluaran pemerintah (Government Expenditure)
X = Ekspor barang dan jasa (Export)
M = Impor barang dan jasa (Imprort)
NNP = Pendapatan Nasional Neto (Net National Income)
D = Depresiasi (Depreciation)
NI = Pendapatan Nasional (National Income)
Kelemahan
dari perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan ini adalah adanya
kemungkinan untuk terjadinya perhitungan ganda. Perhitungan ganda terjadi
karena suatu barang sering kali sebelum menjadi barang jadi harus mengalami
beberapa kali proses produksi. Akibatnya barang tersebut diperjualbelikan
beberapa kali di pasar sebelum barang tersebut selesai diproduksi.
Untuk
perhitungan dengan cara ini perlu diingat bahwa pengeluaran / konsumsi baik
yang dilakukan oleh konsumen rumah tangga maupun pemerintah dalam bentuk
investasi seperti membeli asuransi, mengirim uang ke orang tua (rumah tangga)
dan pengeluaran untuk pembangunan infrastruktur, subsidi, pemberian beasiswa
(pemerintah) tidak diikut-sertakan dalam perhitungan di atas karena pengeluaran
tersebut bukanlah untuk membeli barang dan jasa yang dihasilkan dalam
perekonomian.
2)
Pendekatan
penghasilan atau pendapatan.
Perhitungan
pendapatan nasional dengan cara ini menghitung pendapatan nasional dari
pendekatan pengembalian atas faktor produksi yang dimiliki masyarakat dalam
bentuk seperti upah, sewa, bunga dan keuntungan. Perhitungannya sebagai berikut
:
NI = upah
+ sewa + bunga + keuntungan
NNP = NI +
pajak tidak langsung
GNP = NNP
+ Depresiasi
Hal yang
perlu diingat dalam pendekatan ini adalah bahwa bunga yang digunakan adalah
bunga neto, yaitu bunga atas pinjaman yang digunakan untuk kegiatan yang
produktif. Bunga atas pinjaman yang bersifat konsumtif seperti bunga atas
kredit kendaraan pribadi dan pinjaman pemerintah yang kerap kali digunakan
untuk tujuan lain seperti subsidi dan membayar pensiun pegawai tidak
diperhitungkan dalam pendapatan nasional.
3)
Pendekatan
produk neto.
Perhitungan
pendapatan nasional melalui pendekatan ini dilakukan dengan cara menjumlahkan
nilai tambah yang diciptakan dalam suatu proses produksi yang diwujudkan oleh
berbagai sektor dalam perekonomian.
Hal yang
mempengaruhi GNP yaitu inflasi. Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa
secara umum secara terus menerus dalam periode waktu tertentu. Ada 2 sebab
inflasi yaitu :
1. Demand-pull inflation adalah inflasi
yang terjadi ketika permintaan bertambah besar melampaui kapasitas output
produksi saat terjadi kesempatan kerja penuh sehingga harga barang akan naik
dan tingkat pengangguran akan berkurang.
2. Cost-push inflation adalah inflasi
yang terjadi karena kenaikan biaya produksi yang disebabkan karena kenaikan
upah atau harga bahan baku. Keadaan ini dicirikan dengan kenaikan tingkat
harga, penurunan jumlah output, dan bertambahnya pengangguran.
Inflasi
dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi, mendistribusikan kembali pendapatan dan
kekayaan, dan menurunkan aktivitas perekonomian. Inflasi mengaburkan pengambilan
keputusan karena menciptakan ketidakpastian tentang harga dan biaya di masa
mendatang dan mendistorsi nilai ekonomis. Karena ketidakpastian tersebut, para
pelaku ekonomi mungkin akan menunda keputusan bisnisnya yang pada akhirnya akan
menyebabkan hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan dan turunnya
output produksi.
Seperti
yang dibahas dibagian awal GNP selain dapat digunakan untuk mengindikasikan
kondisi perkonomian pada tahun tersebut, juga dapat digunakan untuk menghitung
pertumbuhan perkonomian dari waktu ke waktu. Dengan menggunakan pendekatan
pengeluaran, inflasi akan mengurangi C (Konsumsi) dan I (Investasi Bruto).
Pengurangan ini disebabkan karena ketidakpastian akan besarnya kenaikan harga
sehingga masyarakat dan investor cenderung menyimpan uangnya untuk kepentingan
yang lebih mendesak dan menunda keputusan bisnis. Untuk menstabilkan kondisi
perekonomian G (Pengeluaran Pemerintah) akan bertambah karena semakin
pengeluaran yang akan digunakan untuk memicu perekonomian. Karena inflasi harga
barang dalam negeri menjadi naik sehingga masyarakat akan lebih memilih barang
impor yang lebih murah sehingga selisih X-M (Ekspor-Impor) menjadi negatif.
Dengan
pendekatan pendapatan dalam perhitungan pendapatan nasional, karena kenaikan
harga yang disebabkan oleh inflasi, upah akan mengalami penyesuaian, akan
tetapi karena penyesuaian kenaikan upah tersebut akan menurunkan pendapatan
dalam bentuk lain yaitu sewa, bunga dan keuntungan yang akan diperoleh para
pemilik faktor produksi. Dan pada akhirnya GNP akan menurun. Dengan GNP yang
semakin menurun akibat inflasi yang terlalu tinggi, pertumbuhan ekonomi akan
menunjukkan tren yang negatif.
Akan
tetapi, inflasi merupakan hal yang wajar dalam perekonomian. Karena dalam
kenyataannya pada negara maju manapun tetap terjadi inflasi meskipun memiliki
kondisi perekonomian yang cukup baik (catatan : negara Amerika Serikat tidak
pernah memiliki tingkat inflasi dibawah 0 % sejak tahun 1930). Sepanjang
inflasi dijaga dalam tingkat yang rendah (satu digit) dan dibawah persentase
pertumbuhan perekonomian, kegiatan perkonomian tetap dapat berjalan dengan
baik.
C.
Komponen Pendapatan Nasional
Komponen pendapatan nasional bisa dikelompokkan menjadi dua
macam, yaitu komponen utama dan komponen penunjang.
1)
Komponen
Utama
Komponen
utama pendapatan nasional dapat dilihat dari pendekatan yang digunakan dalam
menghitung pendapatan itu sendiri. Apabila dengan menggunakan pendekatan
produksi maka pendapatan nasional memiliki komponen sebagai berikut:
a. pertanian, peternakan, kehutanan dan
perikanan;
b. pertambangan dan penggalian;
c. industri pengolahan;
d. listrik, gas dan air minum;
e. bangunan;
f. perdagangan, hotel dan restoran;
g. pengangkutan dan komunikasi;
h. bank dan lembaga keuangan lainnya;
i.
sewa rumah;
j.
pemerintah
dan pertahanan;
k. jasa-jasa.
Jika dilihat dari pendekatan
pengeluaran, maka komponen pendapatan nasional terdiri dari:
a. konsumsi/consumption (C);
b. investasi/investment (I);
c. pengeluaran pemerintah/government
expenditure (G);
d. selisih ekspor dengan impor/export -
import (X - M).
Sedangkan bila pendekatan pendapatan
yang digunakan, maka komponen pendapatan nasional terdiri dari:
a. sewa (rent) yang diterima pemilik
sumber daya alam;
b. upah/gaji (wage) yang diterima
tenaga kerja;
c. bunga (interest) yang diterima
pemilik modal;
d. laba (profit) yang diterima pemilik
skill/kewirausahaan.
2)
Komponen
Penunjang
Unsur lain
yang mendukung komponen pendapatan nasional adalah komponen penunjang yang
meliputi konsumsi, tabungan dan investasi.
a. Konsumsi
Konsumsi
yang dibicarakan di sini adalah konsumsi nasional yang mempunyai fungsi
menghubungkan antara laju pengeluaran dengan pendapatan nasional. Namun harus
diakui, bahwa tambahan laju pengeluaran konsumsi tidak berarti tambahan
pendapatan. Sebab, tidak semua pendapatan digunakan untuk konsumsi. Sebagian
lagi digunakan untuk tujuan investasi.
Y = C +
S/I
b. Tabungan
Tabungan
merupakan sisa pendapatan yang tidak dikonsumsikan. Semakin besar pendapatan
seseorang, semakin besar kemungkinan ia menabung. Besarnya tingkat pendapatan
nasional akan mempengaruhi tingkat tabungan nasional. Sedang tabungan di bank
dapat digunakan untuk investasi sehingga dapat pula menunjang pendapatan
nasional.
c. Investasi
Investasi
merupakan pengaktifan tabungan masyarakat dalam produksi untuk memperoleh
keuntungan. Ini Berarti investasi tergantung pada tabungan, semakin besar
tabungan masyarakat, semakin besar pula kemungkinan investasi. Semakin besar
volume investasi, semakin banyak lapangan kerja dibuka, yang akhirnya
memperbesar pendapatan nasional.
D.
Tujuan dan Manfaat Mempelajari Pendapatan Nasional
1)
Untuk
melihat kemajuan masyarakat dan negara di bidang perekonomian serta melihat
pemerataan pembangunan guna mencapai keadilan dan kemakmuran.
2)
Untuk
memperoleh taksiran akurat tentang nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu
masyarakat dalam satu tahun.
3)
Untuk
mengkaji dan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat perekonomian
suatu negara.
4)
Untuk
membantu membuat rencana dan melaksanakan program pembangunan berjangka guna
mencapai tujuan pembangunan nasional.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.bkpm.go.id/id/node/1560 diakses tanggal 23 Maret 2008
http://www.bps.go.id/releases/Gross_Domestic_Product/Bahasa_Indonesia/index.html diakses tanggal 23 Maret 2008
http://www.cftech.com/BrainBank/CORPORATEADMINISTRATION/GrossNatlProd.html diakses tanggal 23 Maret 2008
http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=48&fname=eko201_08.htm Diakses tanggal 23 Maret 2008
http:/www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=488f name=eko201_10.htm. Diakses tanggal 27 Maret 2008.
http://www.infovesta.com//MF/readlesson.jsp?id=10&subid=o Diakses pada tanggal 27 Maret 2008.
http://www.presidenri.go.id/index.php/fokus/2007/03/28/1680.html Diakses pada tanggal 23 Maret 2008
http://id.wikipedia.org/wiki/pendapatan_nasional Diakses pada tanggal 27 Maret 2008.
Tjokrowinoto, Moeljarto. 1996. Pembangunan; Dilema dan Tantangan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
No comments:
Post a Comment